Jakarta, CNN Indonesia

Di tengah kesibukan dan padatnya kehidupan di kota, sosok wanita tangguh tak hanya diukur dari semangat dan kegigihannya. Bagi banyak wanita Indonesia, mereka adalah pilar utama keluarga, memberikan kasih sayang penuh kepada buah hati, dan bahkan berkontribusi dalam membantu perekonomian keluarga.

Memahami peran krusial wanita di tengah masyarakat, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menghadirkan program Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL) dengan tajuk BRI Bertani di Kota (BRInita). Program ini menjadi wujud nyata dukungan perseroan dalam memberdayakan wanita Indonesia.

Dalam program ini BRI mengambil bagian penting dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama kaum wanita dengan membuat ekosistem urban farming yang berkelanjutan, di daerah kota padat penduduk, agar dapat mengambil nilai, di sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Program BRInita saat ini telah diimplementasikan di 21 Lokasi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yang sebagian besar pengelolaannya dijalankan oleh kelompok usaha wanita.

Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, menjelaskan bahwa program BRInita menargetkan lokasi padat penduduk dan pemukiman kumuh yang memiliki penggiat lingkungan lokal (local heroes). Para penggiat ini umumnya anggota kelompok seperti Kelompok Wanita Tani, PKK, atau kelompok ibu-ibu.

“BRInita tidak hanya pembangunan sarana fisik saja, melainkan juga terdapat pelatihan berkelanjutan yang diharapkan untuk menjaga kelestarian tanaman dan kelangsungan hidup eksosistem sekitar,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (22/4).

Dalam pelaksanaannya, BRI juga melalukan pembinaan bagi anggota kelompok atau penerima manfaat berupa pelatihan pengelolaan urban farming. Hal ini dilakukan dengan menggandeng tenaga ahli/instansi terkait.

Di samping itu, ia melanjutkan, pihaknya juga melakukan monitoring kegiatan dan melakukan pengembangan hasil urban farming, sehingga mampu menambah nilai ekonomis seperti penjualan, pengelolaan, packaging dan pemasaran.

“Kegiatan ini diharapkan dapat mereduksi polusi lingkungan, menambah keasrian, serta mengurangi sampah rumah tangga. Di sisi lain, hal ini sekaligus juga menjadi perwujudan kontribusi positif masyarakat bagi keseimbangan lingkungan,” imbuh dia.

Sebagai informasi, sejak dijalankan pada 2022, program BRInita telah menjalankan 49 kali pelatihan bagi penerima manfaat, yang terdiri dari pelatihan budidaya hidroponik, perawatan tanaman hias, pembuatan Eco Enzyme, pencegahan dan pengendalian hama tanaman dan pemakaian alat-alat sistem hidroponik.

Program ini juga tercatat telah melibatkan 615 jiwa yang terdiri dari kelompok usaha wanita atau ibu-ibu PKK dan tercatat telah melakukan panen sebanyak 348 Kg perikanan seperti ikan lele, nila, dan mujair.

Program ini juga menghasilkan 3.982 Kg pupuk organik cair vegetatif dan kompos, 80 Kg maggot (ulat) Black Soldier Fly (BSF) yang dibudidayakan oleh anggota kelompok serta menghasilkan 112 jenis tanaman obat-obatan keluarga (Tanaman Toga) seperti kencur, jahe, lengkuas, dan yang lainnya.

Semangat Kartini

Lebih dari sekadar berkebun di kota, BRInita menjadi simbol pemberdayaan wanita Indonesia. Menurut Catur, BRInita adalah program pemberdayaan wanita, untuk dapat mengambil peran besar, tidak hanya di lingkungan keluarga saja, namun banyak berkarya di lingkungan sosial dan masyarakat luas.

Ia optimis, BRInita dapat membantu wanita, untuk dapat terus bersinar, percaya diri, dan pantang menyerah, dalam menempatkan diri sebagai bagian, dari pentingnya pembangunan ekonomi dan percontohan di lingkungan masyarakat.

“Sama seperti cerita Kartini sebagai sosok atau tokoh wanita inspiratif, melalui program BRINita BRI mendorong kaum wanita di berbagai wilayah di Indonesia untuk terus berkarya, kreatif dan berusaha,” imbuhnya.

Ia pun berharap Program BRInita menjadi wadah bagi kaum wanita untuk menyalurkan potensi dan kreativitas yang mampu memberikan nilai ekonomis. Terlebih, dalam program ini terdapat beberapa potensi program yang bisa dimanfaatkan oleh anggota kelompok.

Potensi tersebut antara lain dapat mengembangkan aquaponik, pengolahan hasil panen tanaman yang dapat dijadikan olahan makanan, pengembangan agrowisata yang dapat berkolaborasi dengan stakeholder lainnya, serta potensi untuk mengembangkan jaringan pemasaran produk.

“Ini menjadi wadah positif tentunya, terutama beberapa pelatihan dan program pemberdayaan di dalamnya yang diharapkan dapat mendorong kesejahteraan kaum wanita,” pungkas Catur.

(rir)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *